Komplikasi Akibat Sindrom Pita Cairan Ketuban


Kantung ketuban adalah perisai yang melindungi janin dalam kandungan. Dalam kasus yang lebih jarang, lembaran atau pita membran ini dapat terbentuk di rongga rahim. Jika melukai bagian mana pun dari tubuh janin, itu disebut sindrom pita cairan ketuban. Kondisi ini merupakan komplikasi yang mengancam janin dalam kandungan. Hal ini dapat dideteksi dengan USG atau saat bayi lahir.

Komplikasi Akibat Sindrom Pita Cairan Ketuban

Sindrom cairan ketuban terjadi ketika lapisan dalam plasenta rusak, seperti robekan atau robekan. Akibatnya, jaringan seperti pita akan terbentuk di kantung ketuban.

Tingkat keparahan kondisi ini berkisar dari pita tunggal yang terisolasi hingga pita yang cukup kompleks. Komplikasi bisa timbul jika pita ini diikatkan di sekitar janin, menghalangi aliran darah dan menghambat pertumbuhan bagian tubuh tertentu.

Bagian tubuh bayi yang paling rentan terjerat adalah tangan dan kaki. Jika simpulnya terlalu kencang, bagian tubuh ini bisa dipotong.

Tak hanya itu, kepala, wajah, dan organ dalam janin juga bisa terkena. Misalnya, jika mempengaruhi wajah, bibir sumbing bisa berkembang.

Dalam kasus lain, jika pita ketuban mengelilingi tali pusat, aliran darah dapat tersumbat dan janin meninggal di dalam rahim. Namun, jenis komplikasi ini relatif jarang terjadi.

Gejala Sindrom Pita Cairan Ketuban

Gejala yang terjadi dapat bervariasi dari janin ke janin, mulai dari ringan hingga berat dan mengancam jiwa. Sangat mungkin bahwa sindrom ini mulai terbentuk pada trimester pertama kehamilan.

Dari berbagai pola pembentukan sindrom pita cairan ketuban, kondisi yang paling umum adalah cacat pada tangan, kaki, atau jari. Bahkan, lebih dari satu kaki bisa terkena, terutama di tubuh bagian atas.

Selain itu, keluhan fisik spesifik lainnya bisa berupa jari terpotong terlalu pendek atau jaringan ekstra di jari.

Pola lain yang disebut kompleks dinding tungkai-tubuh juga mengancam jiwa. Otak janin dan membran sekitarnya dapat terpengaruh, menyebabkan kelainan bentuk tengkorak.

Tidak hanya itu, gejala lain yang juga dapat terjadi akibat sindrom pita cairan ketuban antara lain bibir sumbing, mata yang terlalu kecil (microphthalmia), saluran udara sempit (choanal atresia), dan bentuk tengkorak yang tidak normal.

Penyebab sindrom pita cairan ketuban

Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan ketuban pecah atau pecah. Para ahli berpendapat hal ini bisa terjadi secara acak (random event). Dalam beberapa kasus, faktor lingkungan mungkin berperan. Misalnya trauma pada perut ibu saat hamil akibat benturan.

Selain itu, ada juga laporan bahwa sindrom ini disebabkan oleh penggunaan obat misoprostol. Secara umum, ini adalah obat untuk mengobati sakit maag. Beberapa bahkan menggunakannya untuk dengan sengaja memecahkan rahim. Namun, jika kehamilan berlanjut hingga minggu ke-6, bayi mungkin mengalami sindrom pita cairan ketuban.

Meskipun faktor genetik juga berperan dalam perkembangan sindrom ini, kemungkinan kekambuhan pada kehamilan berikutnya relatif kecil.